China
Teh adalah minuman terbuat dari seduhan daun teh yang berasal dari genus tanaman Camellia. Dari genus Camellia sendiri, terdapat dua jenis spesies, yaitu Camelia sinensis yang berasal dari negara China, dan Camellia assamica yang berasal dari negara India. Daun dari tanaman Camelia sinensis merupakan jenis daun teh yang paling umum dikonsumsi di seluruh dunia.
Bahan baku dari semua jenis teh diatas (kecuali teh herbal) berasal dari tanaman yang sama, yaitu daun Camelia sinensis. Perbedaan mendasar dari kelima macam jenis teh diatas adalah tinggi rendahnya proses oksidasi yang dialami oleh daun teh sebelum menjalani proses pengeringan, hal ini juga akan menentukan warna air teh yang diperoleh. Semakin tinggi proses oksidasi yang dialami oleh daun teh, semakin kuat pula warna, rasa dan aroma teh yang dihasilkan, misalnya teh hitam (black tea). Sebaliknya, jika proses oksidasi yang dialami oleh daun teh minimal/tidak mengalami proses oksidasi sama sekali, maka akan menghasilkan air teh yang berwarna hijau muda hingga kuning jernih dan memiliki rasa dan aroma yang lembut, misalnya teh hijau dan teh putih.
Teh Putih (White Tea)
Penelitian menunjukan bahwa kandungan catechin yang terkandung dalam teh putih dan teh hijau berfungsi sebagai antioksidan penghalau radikal bebas bagi tubuh. Namun, banyak orang percaya bahwa teh putih memiliki khasiat antioksidan yang lebih baik dibandingkan teh hijau karena lebih sedikit mengalami oksidasi dalam proses pembuatannya sehingga memiliki kadar antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan teh hijau.
Teh putih memiliki aroma dan rasa yang paling lembut diantara kelima jenis teh lainnya. Seduhan teh putih memberikan warna kuning jernih.
Teh Hijau (Green Tea)
Penelitian menunjukkan bahwa teh hijau tersusun atas beberapa komponen utama yang memberikan teh hijau ciri khasnya : catechin (aroma), kafein (rasa pahit), dan theanine (rasa teh), selain juga beberapa mineral yang terkandung didalamnya. Cathechin dalam teh hijau adalah suatu tipe polifenol yang juga ditemukan dalam anggur merah. Hadir dalam jumlah besar, catechin memberikan teh hijau aroma khasnya, selain juga memiliki peran sebagai antioksidan kuat yang dapat menetralisir radikal bebas dalam tubuh.
Teh Oolong
Karena tingkat oksidasi yang beragam, kandungan kafein dalam teh oolong juga beragam, dimana daun teh oolong yang berwarna lebih hijau (mengalami lebih sedikit proses oksidasi) memiliki kandungan kafein yang rendah, sementara daun teh oolong dengan warna yang lebih gelap memiliki kandungan kafein yang cukup tinggi.
Meskipun memiliki kadar catechin yang lebih rendah dibandingkan teh hijau, teh oolong memiliki kadar theaflavin dan thearubigin yang lebih tinggi. Kedua polifenol ini dapat membantu menghalau penyakit stroke, gangguan jantung dan penyakit keganasan/kanker. Teh oolong juga dipercaya dapat membantu pencernaan makanan, jadi paling baik diminum setelah makan.
Teh Hitam (Black Tea)
Teh Pu’erh
Teh Pu’erh memiliki kandungan kafein yang rendah. Teh Pu’erh juga kaya akan flavonoid, yang cukup efektif dalam menurunkan LDL, kolesterol dalam darah, dan juga menurunkan tekanan darah. Penelitian menunjukkan bahwa teh Pu’erh memiliki kemampuan untuk menghancurkan lemak, membuat teh ini sangat efektif untuk membantu pencernaan makanan, terutama setelah mengkonsumsi makanan yang berlemak.
Teh ini juga dipercaya mampu membantu menurunkan berat badan dan sekarang banyak digunakan sebagai salah satu bahan utama teh pelangsing. Hasil seduhan teh Pu’erh memiliki warna yang bervariasi mulai dari kuning pucat, keemasan, merah hingga berwarna coklat gelap.
Teh herbal (Tisane)
Karena tidak mengandung kafein, teh herbal dapat dikonsumsi oleh balita, manula dan dapat juga dihidangkan untuk acara minum teh di sore hari. Di negeri tirai bambu, seduhan teh herbal Goji berry yang kaya akan antioksidan (vitamin A,C, E, B1, B2) telah dikonsumsi selama lebih dari 6000 tahun dengan harapan untuk mendapatkan kesehatan dan kulit yang cerah bersinar.